.jpg)
Industri farmasi nasional kian meng ge liat. Akhir-akhir ini tercatat ada be berapa perusahaan farmasi mela ku kan manuver bisnisnya untuk dapat eksis dan bersaing di pentas pasar nasional. Ke depan tantangan dan tingkat persaingan obat, bagi industri farmasi lokal cukup berat mengingat begitu be sarnya ketergantungan industri farmasi da lam negeri terhadap sumber-sumber ba han baku dari luar alias impor.
Kompetisi di pasar “pil pahit” ini se ma kin sengit seiring tumbuhnya industri farmasi nasional. Ancaman serius datang da ri perusaha an asing mengingat Indo ne sia dengan pen duduk lebih dari 210 juta jiwa, merupakan pasar yang sangat me narik ba gi mereka. Tak heran bila pasar Indonesia menjadi incaran para pebisnis farmasi asing, seperti dari Amerika, Ero pa, mau pun Asia, terutama Cina, Korea dan Jepang. Dengan dibukanya keran pe na nam an modal asing (PMA), maka se makin ba nyak perusahaan farmasi asing yang membangun fasilitas manufakturnya di Indo ne sia.
Untuk menghadapi persaingan tiap-tiap industri farmasi punya trik sendiri. PT Kalbe Farma Tbk, pada tahun 2005, me lakukan merger internal dengan dua anak perusahaannya, yaitu PT Dankos Labo ratories dan Enseval (Holding). Dengan peng gabungan ini berbagai rantai kegiat an perusahan, mulai dari peng adaan ba han baku, produksi, pe ma saran, dan distribusi kini berada dalam satu managemen. Pasar obat Kalbe pun makin luas hingga ke perifer. Peng ga bung an ini telah menciptakan atmosfir bisnis dengan ting kat efisiensi yang tinggi dengan daya saing yang kuat.
Hasil merger ini berbuah manis. Da lam waktu satu tahun, divisi ethical, Kal be mampu merebut pasar sebesar 11 per sen. Kalbe berhasil menduduki pering kat pertama yang sebelumnya pada 2005 hanya bercokol diposisi ketiga. Kal be berhasil membuktikan integrasi yang dilakukan sukses dan membawa perusahaan ini ke peringkat pertama perusaha an publik di Asia Tenggara.
PT Kimia Farma Tbk punya jurus sen diri dalam kancah pasar obat nasional. Perusahaan farmasi plat merah ini cukup berhati-hati dalam menjalankan roda bisnisnya. Tidak seperti pesaingnya, Kimia Farma lebih memilih fokus dipemasaran dan distribusi daripada berinvestasi pada teknologi bernilai tinggi. Kimia Farma me nerapkan strategi jemput bola dengan ca ra masuk dan berbaur dalam masya rakat melalui apotiknya.
Jaringan apotek Kimia Farma kian meng gurita. Ada 330 apotik yang semula image nya kaku, kini berubah menjadi apo tek modern dengan pelayanan yang ra mah dan nyaman. Gerai obat-obat OTC pun ditata bak swalayan. Hasilnya pun me muas kan. Pengembangan distribusi mampu men dongkrak penjualan, tahun lalu, apotik menjadi kontribusi pemasuk an terbesar yakni 44,23 persen dari total pendapatan. Keberadaan apotik yang stra tegis ini juga dimanfaatkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis ber ba sis pelayanan kesehatan. Saat ini te lah terdapat 92 klinik ke sehatan dan 23 laboratorium yang ber dampingan dengan apotek.
PT Indofarma Tbk punya cara berbeda dalam merebut pasar obat. Sejak, awal perusahaan farmasi BUMN ini menempuh jalur generik. Untuk menyediakan obat dalam skala besar bagi “Raja Ge ne rik” bukan perkara sulit. Indofarma memiliki fasilitas produksi di atas tanah seluas 21 hektar di daerah Bekasi. Indofarma saat ini memiliki kapasitas produksi ter be sar dibanding BUMN lain. Hal tersebut sejalan dengan misinya, diantaranya me nye diakan produk dan layanan berkualitas denga harga terjangkau dan mela ku kan penelitian serta pengembangan produk yang inovatif.
Berbeda dari perusahaan di atas, PT SOHO Industri Pharmasi lebih memilih men ciptakan pasar ketimbang bertarung diproduk yang sama dengan industri farmasi lain. PT SOHO melakukan diferensia si dengan selain memproduksi produk mee too yang berbasis kimia, juga ber de dikasi penuh memproduksi dan me ma sar kan obat berbasis alami di pasar re sep maupun OTC. Langkah ini membuat PT SOHO menjadi satu-satunya perusaha an farmasi yang memiliki positioning ber beda dengan perusahaan farmasi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar